Kamis, 02 Juli 2015
Minggu, 24 Mei 2015
Typus Abdominalis
1.Definisi
Typus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan
kesadaran.
2.Etiologi
Salmonella
typhi Batang gram negative yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu:- antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)- antigen
H(flagella)- antigen V1 dan protein membrane hialin.3 Salmonella parathypi
A4.Salmonella parathypi B5.Salmonella parathypi C6. Feses, urin dan muntahan
penderita
3.Klasifikasi
a.Typus abdominalis
adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna ,gangguan kesadaran.
b.Paratypus
adalah
jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita mengalami buang - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput
putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir
kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak sakit.Jika sudah
lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hatibias
membengkak seperti gejala hepatitis.
4.Patofisiologi
Kuman
salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan dan minuman,
sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada yang lolos
(hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus (plag payer) dan mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan perdangan
setempat, kemudian kuman melalui pembuluh darah limfe akan menuju ke organ RES
terutama pada organ hati dan limfe.
Di
organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak difagosif
akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga menyebar ke organ
lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan
malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada
hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan
terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.
Selain
itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan roseola pada
kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa akan terjadi hepatospleno megali.
Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi intestinal (perdarahan usus,
perfarasi, peritonitis) dan ekstra intestinal (pnemonia, meningitis,
kolesistitis, neuropsikratrik).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Demam Pada
minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama. pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali
normal. Demam tidak hilang dengan pemberian antiseptic, tidak menggigil
dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis.
a. Gangguan pada
saluran pencernaan:
a) Halitosis
b) Bibir
kering
c) Lidah
kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis
d) Perut
agak kembung.
e) Mual
f) Splenomegali
disertai nyeri pada perabaan
g) Pada permulaan umumnya terjadi diare
h) Kemudian
menjadi obstipasi
b. Gangguan
kesadaran:
a) Kesadaran
menurun ringan sampai berat.
b) Umumnya apatis
c) Bradikardi relative
d) Umumnya
tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali permenit.
e) Penderita
mulai cepat lelah, malas, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, nyeri seluruh
tubuh, hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari
6. Infeksi Typus
Abdominalis pada Kehamilan
Typus
abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan angka kematian yang lebih
tinggi dari pada di luar kehamilan. Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk
terhadap kehamilan. Dalam 60-80 % hasil konsepsi keluar secara spontan : lebih
dini terjadinya infeksi dalam kehamilan, lebih besar kemungkinan berakhirnya
kehamilan.
Pengobatan
dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu
ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman
tufus abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya
penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak
mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran oleh ibu melalui jalan lain
tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi bagi abortus buatan.
7. Penanganan dan
Pengobatan
a. Pengobatan
1) Kloramfenikol
2) Kotrimoksasol
3) Bila
terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi dengan Ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4
dosis.2.
b. Perawatan
1) Penderita
dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus
tetap berbaring sampai minimal
7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus.
2) Pada
klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan posisi berbaring untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus
3) Isolasi
penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
4) Perawatan yang baik untuk
menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia dll.
5) Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal
kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
6) Diet
makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak
menimbulkan gas.
7) Bila
terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
8) Obat
terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10
hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi
dapat diberikan golongan obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.
9) Pengobatan
dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu
ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman
tifus abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya
penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak
mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran oleh ibu melalui jalan lain
tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi bagi abortus buatan.
8. Komplikasi
Dapat terjadi pada :
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karean infeksi
sekunder, yaitu bronkopneumonia.
Hamil
ke
|
Pesalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tgl
|
UK
|
Jenis
Pesalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB
Lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
|
Hamil ini
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
a. Usus halus
1) Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan
jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak
terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan
tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu
ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang
tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di ronggan
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan
diafrkma pada foto roentgen abdomen yangdibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi
dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri
perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence muskulair) dan nyeri pada
tekanan.
b.Komplikasi di luar
usus
ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU HAMIL PATOLOGI
Pada Ny. T Umur
23 Tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 11 minggu
Di BPM Melania, waru, Surabaya
No.
Register : 1181xx
Masuk
BPM Hari/ Tanggal/ Pukul : 19-02-2015/ 12.00
wib
Dirawat
diruang : ruang
periksa
PENGKAJIAN
DATA, Tanggal/ Pukul : 19-2-2015/12.00
wib Oleh : Bidan Melania
A.Biodata
Ibu Suami
1. Nama : Ny.
X Tn. S
2. Umur : 23
tahun 25 tahun
3. Suku/Bangsa :Jawa/
Indonesia Jawa/ Imdonesia
4. Agama : Islam Islam
5. Pendidikan : SMA SMA
6. Pekarjaan : Ibu
rumah
tangga Pegawai swasta
7. Alamat : Jalan
sutorejo,
nomor 104
Data Subjektif
Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual, pusing dan badannya terasa demam sejak
6 hari yang lalu.
5. Riwayat Obstetrik : G1 P0 A0 Ah0
7. Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. HPHT :
06-12-2014 HPL :
13-09-2015
d.Imunisasi TT: Tidak dilakukan
TT 1 : tanggal
TT 2 : tanggal
TT 3 : tanggal
TT 4 : tanggal
TT 5 : tanggal
e.Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan belum bisa merasakan gerakan janin
8.Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/ sedang diderita (menular,
menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang menderita penyakit
menular (TBC, hepatitis, HIV/AIDS), menurun (asma, DM, hipertensi), dan menahun
(jantung, ginjal)
b. Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga
(menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakandari keluarga ibu tidak ada
yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis, HIV/AIDS), menurun (asma,
DM, hipertensi), dan menahun (jantung, ginjal)
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar di
keluarga ibu dan suami
d.Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki alergi obat apapun.
9. Pola pemenuhan kebutuhan
a. Pola
Nutrisi Sebelum
hamil Saat
hamil
Makan
Frekuensi : 3
x/hari 3x/
hari
Jenis : Nasi,
sayur,
lauk Nasi,
sayur, lauk
Porsi : 1
piring
habis 1
piring habis
Pantangan : tidak
ada tidak
ada
Keluhan : tidak
ada mual
Minum
Frekuensi : 7
gelas
/hari 8
gelas/ hari
Jenis : Air
putih, teh,
kopi air
putih
Porsi : 1
gelas 1
gelas
Pantangan : tidak
ada tidak
ada
Keluhan : tidak
ada mual
b.Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1
x/hari 1x/hari
Warna : kuning kuning
Konsistensi : lembek keras
Keluhan : tidak
ada susah
BAB
BAK
Frekuensi : 4
x/hari 4x/
hari
Warna : Kuning
jernih kuning
jernih
Konsistensi : Cair cair
Keluhan : tidak
ada tidak
ada
c. Pola Istirahat
Tidur siang
Lama : 1
jam/hari 1
jam/hari
Keluhan : tidak
ada tidak
ada
Tidur malam
Lama : 6-7
jam/hari 7
jam/hari
Keluhan : tidak
ada tidak
ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2
x/hari 2x/hari
Ganti pakaian : 2
x/hari 2x/hari
Gosok gigi : 2
x/hari 2x/hari
Keramas : 3
x/seminggu 3x/seminggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 1
x/
seminggu 1x/seminggu
Keluhan : tidak
ada tidak
ada
f. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik,olah raga)
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga kegiatan ibu
seperti menyapu, memasak dan mencuci
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
(merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan seperti
merokok, minum jamu, dan minum alkohol.
11. Data pisikososial, spiritual dan ekonomi
(penerimaan ibu/ suami/ keluarga terhadap kelahiran, dukungan, hubungan dengan
suami/ keluarga/ tetangga, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social,
keadaan ekonomi keluarga)
· Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya sekarang
· Ibu mengatakan suaminya mendukung kehamilannya
· Ibu mengatakan keluarganya mendukung kehamilannya
· Ibu mengatakan hubungannya dengan suami baik
· Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga baik
· Ibu mengatakan hubungannya dengan tetangga baik
· Ibu mengatakan rajin sembahyang
· Ibu mengatakan keadaan ekonominya cukup
12. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan,
nifas)
Ibu mengatakan bahawa ibu mengetahui tentang
kehamilan yaitu keadaan yang normal yang dialami oleh perempuan yang diakhiri
dengan persalinan dan memasuki masa nifas.
13. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan
hewan peliharaan)
Ibu mengatakan lingkungan di sekitar rumahnya kotor,
dekat dengan kali dan ada tetangga yang memelihara ayam.
Data Objektif
1.Pemeriksaan umum
Keadaan umum :
lemah
Kesadaran :
composmentis
Status emosional :
stabil
Tanda
vital
Tekanan
darah : 100/60
mmHg Nadi :
86x/mnt
Pernafasan :
20x/mnt Suhu :
380C
BB :
55 kg TB :
152 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris,
tidak ada benjolan, tidak nyeri, rambut bersih, tidak berketombe
Wajah : Simetris, pucat
dan berkeringat dingin
Mata : Simetris,
kongjungtiva merah muda , sekrela putih
Hidung : Tidak
ada polip, tidak ada secret, ada skat
Mulut : Simetris,
lidah kotor, ada stomatitis, tidak ada caries gigi
Telinga : Simetris,
ada lubang telinga, pendengaran baik
Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena
jugularis
Dada : Simetris,
tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada whesing
Payudara : Simetris,
putting menonjol, areola hiperpigmentasi,colostrum sudah keluar
Abdomen : kembung,
tidak ada bekas luka, terdapat linea dan striae gravidarum
Leopold I : belum dilakukan
Leopold II: belum dilakukan
Leopold II: belum dilakukan
Leopold IV :belum dilakukan
Osborn
test : Tidak
dilakukan
TFU menurut Mc. Donald :- TBJ:
-
Auskulatasi
DJJ :-
Ekstremitas Atas : Jari
lengkap, tidak oedem, lila: 24 cm
Ekstremitas Bawah : Jari
lengkap, tidak oedem, reflek patella +
Genetalia
Luar : bersih
,tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini
Anus : Tidak
ada hemoroid
Pemeriksaan Panggul : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak di lakukan
4. Data penunjang
Hasil lab tanggal 15 Februari 2015 : salmonella thypi +
INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny.T umur 23 tahun
G1P0A0 hamil 11 minggu dengan thypus abdominalis
Data
Dasar
Data Subjektif : ibu
mengatakan berumur 23 tahun
Ibu
mengatakan ini kehamilan pertama
Ibu
mengatakan tidak pernah abortus
Ibu
mengatakan HPHT tanggal 06-12-2014
Ibu
mengatakan pusing, mual dan demam
Data Objektif :
Keadaan
umum : lemah
Kesadaran :
composmentis
Status
emosional : stabil
Tanda vital
Tekanan darah : 100/60
mmHg Nadi :
86x/mnt
Pernafasan :
20x/mnt Suhu :
380C
BB :
55 kg TB :
152 cm
Pemeriksaan fisik: lidah kotor, perut kembung
Hasil lab tanggal 15 Februari 2014 : salmonella thypi +
B.Masalah
Tidak ada
IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Abortus spontan
TINDAKAN SEGERA
A.Mandiri :
tidak ada
B. Kolaborasi : tidak ada
C. Merujuk :rujuk
ke rumah sakit
PERENCANAAN Tgl
: 19-02-2015 Pukul
:12.05 WIB
1. Beritahu ibu hasil
pemeriksaan
2. Jelaskan tentang
keluhan ibu
3. Jelaskan tentang
pola istirahat
4. Jelaskan tentang
pola nutrisi
5. Berikan dukungan
pada ibu
6. Siapkan rujukan
7. Dampingi ibu ke
tempat rujukan
PELAKSANAAN Tgl
:19-2-2015 Pukul
: 12.10
WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu
Tekanan
darah :100/60
mmHg Nadi :
86x/mnt
Pernafasan :
20x/mnt Suhu :
380C
BB :
55 kg TB :
152 cm
2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan yang ibu
rasakan saat ini merupakan gejala dari penyakit thypus abdominalis yang saat
ini sedang di derita oleh ibu sehingga memerlukan perawatan yang lebih intensif
di rumah sakit.
3. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu harus beristirahat
total selama minimal 7 hari atau sampai ibu sembuh total.
4. Menjelaskan pada ibu tentang pola nutrisi yaitu Diet
makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak
menimbulkan gas.
5. Memberikan dukungan pada ibu agar ibu tidak cemas
karena ibu akan dirujuk untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
6. Menyiapkan rujukan yaitu Bidan, Alat, Kendaraan,
Surat, Obat, Keluarga, Uang, Darah, doA
7. Mendampingi ibu ketempat rujukan.
EVALUASI Tgl:19-2-2015 Pukul
: 12.20WIB
1. Ibu sudah
mengetahui hasil pemariksaan
2. Ibu sudah paham
tentang keluhan yang ibu rasakan
3. Ibu sudah paham
tentang pola istirahat
4. Ibu sudah paham
tentang pola nutrisi
5. Ibu tidak cemas
lagi
6. Rujukan sudah
disiapkan
7. Ibu sudah di
damping dan di rujuk ke rumah sakit.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Typus abdominalis adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran.
Typus abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan
angka kematian yang lebih tinggi dari pada di luar kehamilan. Penyakit ini
mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan. Dalam 60-80 % hasil konsepsi
keluar secara spontan : lebih dini terjadinya infeksi dalam kehamilan, lebih
besar kemungkinan berakhirnya kehamilan.
Perawatan thypus abdominalis yaitu
· Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi,
observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari
bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan
usus atau perforasi usus.
· Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan
perubahan posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik
dan dekubitus
· Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan
ekskreta.
· Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi
mengikat sakit yang lama, lemah dan anoreksia dll.
· Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu
normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
· Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan
dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.
· Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi
yang sesuai.
· Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg
BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol
2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan golongan obat lain
misalnya penisilin atau kortimoksazol.
Langganan:
Postingan (Atom)